Prompt#117_Ibu Untuk Mariam




Kami sudah berumah tangga selama lima tahun. Tanpa anak, tanpa orangtua, tanpa keluarga. Tetapi kami bahagia dengan keadaan kami yang tak memiliki sanak famili.

Kami hidup jauh dari perkotaan bahkan pedesaan. Kami hidup di perbatasan hutan dan mengandalkan kekayaan alam untuk hidup.

Aku sadar, mereka semua pasti menganggap kami pasangan aneh. belum lagi ketika Mas Arman suamiku, berbicara dengan mereka yang tidak dapat aku, bahkan orang lain lihat. 

Mas Arman memang spesial bagiku, bahkan aku sama sekali tidak pernah mempermasalahkan kelebihannya itu.

Suatu ketika, Mas Arman memperkenalkan aku kepada Mariam, gadis cilik berumur lima tahun yang meninggal di tengah hutan. Dia bilang Mariam meninggal karena korban peluru nyasar para pemburu. Sedihnya lagi Mariam tidak tau di mana ia tinggal, dia lupa arah jalan pulang.

“Mariam bilang dia ingin selalu bersama kamu Mir, dia jatuh cinta saat pertama kali melihat kamu, dia ingin kamu jadi ibu pengganti sampai dia benar-benar menemukan di mana rumahnya.” Mas Arman menyampaikan keinginan Mariam kepadaku, tentu saja aku menyambutnya penuh kebahagiaan, terlebih belum pernah ada sosok yang hadir di tengah kehidupanku dengan Mas Arman.

Ke seharian yang kami jalani bertambah menyenangkan, dengan hadirnya  Mariam. Walaupun sampai saat ini aku bahkan tak bisa melihat wajah manis dan suara Mariam.

Seandainya aku bisa melihat Mariam, sama seperti Mas Arman, ah alangkah bahagianya kehidupan kami. Aku berharap Tuhan mengizinkan aku, bahkan walau untuk sekali saja melihat Mariam.

***
“Kamu yakin ingin melihat Mariam Mir?” Tanya Mas Arman sekali lagi kepadaku. 

“Iya Mas aku ingin sekali melihat wajah Mariam.” Jawabku mantap.
Tak lama Mas Arman memberikanku gelas berisi air dengan bau sedikit anyir. Dengan segera aku minum sambil menahan bau yang tak tertahan. tak lama pandanganku mulai samar, sedetik kemudian semua menjadi gelap.

***

Aku mulai sadar dari tidurku sesaat setelah suara itu memanggilku, suara yang belum pernah aku dengar sebelumnya. 

“Ibu.. ibu...” Sekali lagi suara itu benar-benar mampu membangunkan aku dari tidur panjang nan melelahkan.

Betapa terkejutnya aku, saat sosok itu mendekatiku. Dengan wajah pucat pasi, dan sekujur badan dipenuhi oleh darah. 

Sosoknya yang mampu membuatku berteriak ketakutan.

“Mir.. Mir.. “Suara Mas Arman terdengar sesaat setelah terikanku menggema memenuhi seluruh ruangan. 

“Siapa dia Mas! Usir dia Mas, usir!” Teriakku kepada Mas Arman.

“Dia Mariam Mir.. dia yang kamu damba. Yang ingin kamu lihat selama ini.” Sungguh aku terkejut saat mendengar kata-kata Mas Arman barusan.

“Kembalikan aku seperti dulu Mas, aku tak ingin melihat dia Mas, aku takut Mas!” Mas Arman hanya memandangiku dengan tatapan putus asa.

“Terlambat mir.. jasad dan rohmu sudah terpisahkan. Ini
satu-satunya cara agar kamu bisa melihat Mariam.”

***
Tak berapa lama aku mencari jasad malangku, yang dibuang oleh Mas Arman di tengah hutan.

Akhirnya aku menemukan jasadku yang  tergeletak dekat sumur tua di tengah hutan.

Aku menangis saat melihat jasad pucat pasiku, aku tak pernah berfikir akhir hidupku akan berujung di tangan suami yang paling aku cintai. Aku hanya bisa menangisi jasadku, menangisi kebodohanku berharap  pertemuan yang indah dengan sosok Mariam dan menangisi pertemuanku dengan Mas Arman.






















1 komentar:

Recent Posts