FLASH FICTION
WALAU HANYA RAGANYA
Jari jemariku menjelajah, menikmati setiap lekukan indah
wajahnya. Hidung bangirnya sungguh membuat aku terpesona, kupeluk dia erat-erat
sungguh aku tidak mau dia pergi dari pandanganku.
Sudah bertahun-tahun aku menikmati kedekatan ini, setiap
detik aku nikmati bersamanya. Hampir setip menit aku ciumi dia, semakin hari
semakin rasa cintaku ini bertambah kepadanya.
Aku benar-benar mencintai dia, istriku.
Namun selama itu juga, tidak ada lagi tawa yang terlukis
indah di wajahnya, tidak ada lagi sepatah katapun yang keluar dari bibir
tipisnya, tidak ada lagi pelukkan hangat yang aku damba-dambakan.
“aku mencintaimu Sarah, walaupun hanya ragamu yang bisa aku
dekap selalu” aku berbisik padanya
Aku dekap tubuh kaku itu, tumpah air mataku membasahi pipi
pucat wanita yang paling aku cintai.
Betapapun aku masih tidak rela kehilangan nyawanya.
Dia adalah sosok wanita yang aku damba selalu, namun mengapa
ia pergi terlalu cepat?
Mengapa ia menyerah dengan penyakit ganasnya?
Semakin sering aku bertanya, semakin sesak dada ini.
Tak akan pernah ada yang bisa menggantikan sosok sempurna
Sarah
Takkan pernah ada.
Takkan pernah ada.
0 komentar: